PALANGKA
RAYA – Wakil Ketua Komisi B DPRD Kalteng H. M. Asera menyebut ketidaktegasan
pemerintah daerah menjadi salah satu penyebab utama terus bertambahnya
persoalan tata guna lahan di Kalteng. Mulai dari sengketa
lahan hingga “keberanian” pengusaha melakukan aktivitas usahanya meskipun belum
mengantongi izin yang clear and clean.
“Bahkan lebih parah lagi, contohnya di wilayah
Kabupaten Kapuas, ada perusahaan perkebunan yang sudah nyata-nyata izinnya
dicabut oleh bupati, tetapi cuek saja dan sampai saat ini tetap beroperasi.
Tetapi ternyata tidak ada tindakan juga dari pemerintah daerah ataupun aparat
terkait,” kata Asera di Palangka Raya, belum lama ini.
Padahal, menurut Asera, saat ini persoalan tata
guna lahan di Kalteng, baik konflik atau sengketa antara masyarakat dan
perusahaan (investor) serta kewajiban sosial perusahaan, seakan menjadi api
dalam sekam yang setiap saat bisa menyala atau bom waktu yang setiap saat bisa
meledak, jika tidak segera diselesaikan dan diantisipasi.
Lebih lanjut dikatakan, ketidaktegasan pemerintah
mengakibatkan lamban dan terkatung-katungnya penyelesaian persoalan maupun
sengketa yang melibatkan perusahaan besar swasta (PBS). “Jika pemerintah tegas,
maka saya yakin tidak akan terjadi. Harus ada ultimatum dan tindakan eksekusinya.
Cabut izin perusahaan yang tidak beres. Kalau tidak tegas, maka tidak heran
kadang pemerintah daerah pun seperti dipandang sebelah mata saja,” ujarnya.
Selain ketegasan pemerintah daerah, penyebab
lainnya, imbuh dia, adalah keberadaan aparat keamanan baik Polri maupun TNI.
“Jujur saja, kami sering kali mendapat keluhan dan laporan dari masyarakat
mengenai keberadaan aparat keamanan yang ngepos
di PBS-PBS ini. Karena banyak terjadi, keberadaan mereka seperti dijadikan
tameng oleh PBS untuk mengintimidasi dan menakut-nakuti warga yang menuntut hak
mereka kepada perusahaan,” sebut Asera.
“Seharusnya aparat yang melakukan pengamanan itu
bisa bersikap bijak dan netral. Jangan sampai mereka yang dinilai berat
sebelah, semakin membuat antipati dan ketidakpercayaan dari masyarakat.
Perusahaan dijaga, masyarakat pun diayomi, berimbang, bukan justru menjadi
disakiti,” imbuhnya lagi.
Ketua DPW PKB Kalteng itu menyebutkan sudah menjadi
rahasia umum, jika banyak investasi yang sudah operasional meskipun belum mengantongi
izin lengkap. “Jadi, investor-investor itu jangan datang dengan senyum dan
janji-janji saja. Tetapi setelah jalan, alih-alih membantu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat sekitarnya, justru malah menimbulkan konflik dan
kesusahan bagi warga kita,” ujar dia.
Beberapa hal yang menjadi konflik antara warga dan
perusahaan di Kalteng, sebut Asera, seperti ganti rugi lahan, CSR, plasma atau
kemitraan dan tenaga kerja, saat ini kondisinya sudah semakin memprihatinkan.
Bahkan ia mengibaratkan seperti bom waktu.
“Persoalan-persoalan ini terjadi hampir di seluruh
daerah. Sudah bertahun-tahun tak kunjung bisa diselesaikan, bahkan semakin
bertambah. Ini bisa jadi bom waktu kalau tidak ada ketegasan dari pemerintah,”
ujarnya.
Menurut Asera, satu-satunya cara untuk
menyelesaikan berbagai persoalan itu adalah dengan pembentukan tim terpadu yang
bertugas melakukan pengawasan secara mobile serta bisa melakukan penindakan
dengan tegas.
“Kita semua ingin investasi sebanyak-banyaknya
masuk ke Kalteng untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi. Tapi jangan sampai pula
investasi itu justru hanya menguntungkan investor, sementara masyarakat kita
tidak dapat apa-apa, justru malah menyengsarakan,” pungkas Asera.
Title
:
Sengketa Marak, Pemerintah Tak Tegas dan Aparat Tak Netral
Description
:
PALANGKA RAYA – Wakil Ketua Komisi B DPRD Kalteng H. M. Asera menyebut ketidaktegasan pemerintah daerah menjadi salah satu penyebab utam...
Rating
:
5